Rabu, 21 Oktober 2015

ULASAN ‘Nobar’ FILM SOEKARNO

          Kamis, 15 Oktober 2015, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas PGRI Semarang mengadakan nonton bareng,  film Soekarno, guna menyambut Bulan Bahasa. Gedung Balairung yang digunakan sebagai tempat nonton bareng dipenuhi oleh mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni. Terlihat antusias dari para mahasiswa, walaupun sangat yakin bahwa sebagian besar dari mahasiswa sudah pernah melihat film ini sebelumnya, karena film ini memang sudah lama dirilis, yaitu tanggal 11 Desember 2013 (11-12-13) dengan Hanung Bramantyo sebagai sutradara.

            Ketika film mulai diputar, seluruh penonton diminta berdiri untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya. Awalnya masih banyak mahasiswa yang ragu untuk berdiri atau tidak, namun akhirnya seluruh penonton memutuskan untuk berdiri dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Setelahnya film benar-benar dimulai, penonton menyaksikannya dengan serius. Film ini menceritakan tentang perjalanan hidup Ir. Soekarno dalam meraih kemerdekaan Indonesia. Percakapan yang digunakan dalam film ini bukan hanya menggunakan bahasa Indonesia saja, tetapi terkadang ada percakapan yang menggunakan bahasa Jawa, Sumatera, dan juga bahasa asing seperti Inggris, Belanda, Jepang, sehingga disertai subtittle bahasa Indonesia sehingga penonton memahami isi percakapan yang ada.

            Film ini menceritakan awal mula pergantian nama Kusno menjadi Soekarno. Karna pada  masa itu, orang masih mempercayai yang namanya keberuntungan maupun kesialan melalui sebuah nama. Masa remaja Soekarno pun diceritakan disini, sudah terlihat bakat pemimpin dan jiwa pembela sejak Soekarno remaja. Pemikiran-pemikirannya yang terkadang melebihi orang dewasa pada saat itu.

            Kisah cinta dan kehidupan rumah tangga Soekarno pun juga diceritakan disini. Saya yang awalnya hanya mengetahui bahwa istri satu-satunya Soekarno adalah Ibu Fatmawati. Tetapi setelah melihat film ini saya tahu bahwa sebelum menikah dengan Ibu Fatmawati, Soekarno pernah menikah dengan Ibu Inggit. Jadi kisah cinta Soekarno dan Fatmawati, berawal ketika anak angkat Soekarno-karena ketika menikah dengan Inggit, Soekarno tidak memiliki keturunan-berusia remaja, mengenalkan Fatmawati sebagai temannya kepada Soekarno dan Inggit. Soekarno telihat tertarik kepada Fatmawati pada saat itu.

Dan adegan yang benar-benar membuat emosi saya bangkit adalah ketika Inggit memutuskan pergi dari sisi Soekarno dan mengizinkan Soekarno untuk menikahi Fatmawati, tetes air mata sempat terasa keluar dan juga rasa haru begitu dalam, betapa berjiwa besar seorang Ibu Inggit, dan begitu berlapang dada. Lalu singkatnya, Soekarno menyatakan cinta kepada Fatmawati dan memintanya menikah dengan Soekarno, setelah Soekarno pisah dengan Inggit.


            Adegan-adegan yang mengerikan banyak disajikan, seperti penjajah Jepang yang dengan tega menembak warga Indonesia hingga mati, bagaimana kerja rodi itu dilakukan, hukuman-hukuman yang diberikan penjajah kepada rakyat Indonesia. Semua adegan itu benar-benar membuat miris. Dalam film pula ini, terlihat bagaimana sulitnya, perihnya hati Soekarno melihat rakyatnya yang diperbudak oleh penjajah. Sebetulnya film ini sebagian besar adalah menceritakan kembali sejarah perjuangan Soekarno dalam meraih kemerdekaan Indonesia yang dikemas dalam bentuk film. 

Perjuangan-perjuangan hebat Soekarno, pemikiran-pemikiran cerdas dan tepatnya, pidatonya yang selalu berhasil mengambil hati rakyat dimana pun itu. Soekarno merupakan tokoh besar yang telah memberikan banyak hal bagi bangsa dan negara Indonesia. Bersama Moh. Hatta sang sahabat dan rakyat lainnya akhirnya Soekarno berhasil memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Dengan memproklamirkan teks Proklamasi hasil rundingan Soekarno, Moh. Hatta, dan sahabatnya, serta mengibarkan bendera Merah Putih yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar