Kamis,
15 Oktober 2015, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas PGRI Semarang
mengadakan nonton bareng, film Soekarno,
guna menyambut Bulan Bahasa. Gedung Balairung yang digunakan sebagai tempat
nonton bareng dipenuhi oleh mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni. Terlihat
antusias dari para mahasiswa, walaupun sangat yakin bahwa sebagian besar dari
mahasiswa sudah pernah melihat film ini sebelumnya, karena film ini memang
sudah lama dirilis, yaitu tanggal 11 Desember 2013 (11-12-13) dengan Hanung
Bramantyo sebagai sutradara.
Ketika film mulai diputar, seluruh
penonton diminta berdiri untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya. Awalnya masih
banyak mahasiswa yang ragu untuk berdiri atau tidak, namun akhirnya seluruh
penonton memutuskan untuk berdiri dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Setelahnya film benar-benar dimulai, penonton menyaksikannya dengan serius.
Film ini menceritakan tentang perjalanan hidup Ir. Soekarno dalam meraih
kemerdekaan Indonesia. Percakapan yang digunakan dalam film ini bukan hanya
menggunakan bahasa Indonesia saja, tetapi terkadang ada percakapan yang
menggunakan bahasa Jawa, Sumatera, dan juga bahasa asing seperti Inggris,
Belanda, Jepang, sehingga disertai subtittle bahasa Indonesia sehingga penonton
memahami isi percakapan yang ada.
Film ini menceritakan awal mula
pergantian nama Kusno menjadi Soekarno. Karna pada masa itu, orang masih mempercayai yang
namanya keberuntungan maupun kesialan melalui sebuah nama. Masa remaja Soekarno
pun diceritakan disini, sudah terlihat bakat pemimpin dan jiwa pembela sejak
Soekarno remaja. Pemikiran-pemikirannya yang terkadang melebihi orang dewasa
pada saat itu.
Kisah cinta dan kehidupan rumah
tangga Soekarno pun juga diceritakan disini. Saya yang awalnya hanya mengetahui
bahwa istri satu-satunya Soekarno adalah Ibu Fatmawati. Tetapi setelah melihat
film ini saya tahu bahwa sebelum menikah dengan Ibu Fatmawati, Soekarno pernah
menikah dengan Ibu Inggit. Jadi kisah cinta Soekarno dan Fatmawati, berawal
ketika anak angkat Soekarno-karena ketika menikah dengan Inggit, Soekarno tidak
memiliki keturunan-berusia remaja, mengenalkan Fatmawati sebagai temannya
kepada Soekarno dan Inggit. Soekarno telihat tertarik kepada Fatmawati pada
saat itu.
Dan
adegan yang benar-benar membuat emosi saya bangkit adalah ketika Inggit
memutuskan pergi dari sisi Soekarno dan mengizinkan Soekarno untuk menikahi
Fatmawati, tetes air mata sempat terasa keluar dan juga rasa haru begitu dalam,
betapa berjiwa besar seorang Ibu Inggit, dan begitu berlapang dada. Lalu
singkatnya, Soekarno menyatakan cinta kepada Fatmawati dan memintanya menikah
dengan Soekarno, setelah Soekarno pisah dengan Inggit.
Adegan-adegan yang mengerikan banyak
disajikan, seperti penjajah Jepang yang dengan tega menembak warga Indonesia
hingga mati, bagaimana kerja rodi itu dilakukan, hukuman-hukuman yang diberikan
penjajah kepada rakyat Indonesia. Semua adegan itu benar-benar membuat miris. Dalam
film pula ini, terlihat bagaimana sulitnya, perihnya hati Soekarno melihat
rakyatnya yang diperbudak oleh penjajah. Sebetulnya film ini sebagian besar
adalah menceritakan kembali sejarah perjuangan Soekarno dalam meraih
kemerdekaan Indonesia yang dikemas dalam bentuk film.
Perjuangan-perjuangan
hebat Soekarno, pemikiran-pemikiran cerdas dan tepatnya, pidatonya yang selalu
berhasil mengambil hati rakyat dimana pun itu. Soekarno merupakan tokoh besar
yang telah memberikan banyak hal bagi bangsa dan negara Indonesia. Bersama Moh.
Hatta sang sahabat dan rakyat lainnya akhirnya Soekarno berhasil memberikan
kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Dengan memproklamirkan teks Proklamasi hasil
rundingan Soekarno, Moh. Hatta, dan sahabatnya, serta mengibarkan bendera Merah
Putih yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar