Senin, 19 Oktober 2015

Tanggapan Tulisan

Taggapan Tulisan “Peneladanan Dharma Perguruan Tinggi”

            Saya setuju dengan pendapat penulis yang membenarkan pernyataan yang diungkapkan oleh Rektor UPGRIS, Bapak Dr. Muhdi SH, M.Hum. Dimana pernyataannya adalah seperti ini “Jika dosen hanya mengabar saja, dosen itu ibarat tukang becak.”. Sebenarnya pernyataan ini pun cocok disampaikan kepada Guru. Karena memang inti dari tugas pekerjaan antara dosen dan guru adalah sama, yaitu mengajar, menyampaikan ilmu. Tapi tak sampai disitu saja, seorang guru atau dosen yang diharapkan oleh instansi pendidikan ialah, seorang pengajar yang mampu membimbing anak didik, mempengaruhi anak didik, bukan hanya sekadar menyampaikan materi, mengajar, berdiri didepan kelas, lalu semua tugasnya sudah selesai.
            Dosen dan Guru pun diminta untuk mampu membangun karakter tiap-tiap anak didik, membangun generasi yang berkualitas, yang nantinya akan mereka lepas untuk berjuang dengan dunia luar, dunia persaingan.
            Antara dosen dengan mahasiswa, guru dengan siswa, peran yang mereka jalankan harus seimbang, sehingga harapan tiap instansi pendidikan terwujud, dengan cara kerjasama yang dilakukan antara dosen dengan mahasiswa dan guru dengan siswa.

Tanggapan Tulisan “Pemerataan Label Sekolah”

            Sekolah-sekolah favorit dewasa ini memang menjadi incaran para siswa baru, bahkan para orang tua. Yang mereka ketahui mengenai sekolah favorit ialah sekolah yang memiliki standar lebih tinggi dibanding sekolah-sekolah biasa. Dulu sempat ada yang dinamakan sekolah RSBI. Pada saat itu, orang berfikir, jika salah satu dari mereka bisa masuk kedalam sekolah berlabel RSBI itu, ia adalah orang yang hebat dan memiliki kelebihan materi. Faktanya memang begitu, sekolah berlabel RSBI pada saat itu, dipandang sebagai sebagai sekolah favorit. Tapi RSBI tersebut tidak berlangsung lama, hingga akhirnya sekitar 3 tahun lalu, sudah tidak ada lagi sekolah berlabel RSBI.
            Di Indonesia seperti ada penggolongan atau pengelompokkan sekolah-sekolah. Seperti misalnya ada sekolah yang dipilih karna sekolah tersebut terkenal dengan siswanya yang pandai, atau sekolah tersebut dipilih karna hanya orang-orang yang berlebihan materi saja yang bisa masuk sekolah tersebut. Sebetulnya hal semacam ini wajar-wajar saja, karna memilih itu merupakan hak tiap manusia. Akan tetapi, jika seperti itu terus, bagaimana sekolah-sekolah pinggiran yang tidak pernah tersorot, seperti yang disampaikan penulis.

Tanggapan Tulisan “Puisi-Puisi Setia Naka Andrian”

            Puisi-puisi yang ditulis oleh penulis disini sangat menarik. Saya suka kata demi kata yang akhirnya dirangkai menjadi kalimat dalam puisi-puisi tersebut. Kata-kata yang digunakan sebenarnya tidak terlalu berat, tetapi agar kita dapat menagjap atau memahami maksud dari puisi tersebut, kita memang harus sedikit berpikir.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar