Taggapan
Tulisan “Peneladanan Dharma Perguruan Tinggi”
Saya setuju dengan pendapat penulis
yang membenarkan pernyataan yang diungkapkan oleh Rektor UPGRIS, Bapak Dr.
Muhdi SH, M.Hum. Dimana pernyataannya adalah seperti ini “Jika dosen hanya
mengabar saja, dosen itu ibarat tukang becak.”. Sebenarnya pernyataan ini pun
cocok disampaikan kepada Guru. Karena memang inti dari tugas pekerjaan antara
dosen dan guru adalah sama, yaitu mengajar, menyampaikan ilmu. Tapi tak sampai
disitu saja, seorang guru atau dosen yang diharapkan oleh instansi pendidikan
ialah, seorang pengajar yang mampu membimbing anak didik, mempengaruhi anak
didik, bukan hanya sekadar menyampaikan materi, mengajar, berdiri didepan
kelas, lalu semua tugasnya sudah selesai.
Dosen dan Guru pun diminta untuk
mampu membangun karakter tiap-tiap anak didik, membangun generasi yang
berkualitas, yang nantinya akan mereka lepas untuk berjuang dengan dunia luar,
dunia persaingan.
Antara dosen dengan mahasiswa, guru
dengan siswa, peran yang mereka jalankan harus seimbang, sehingga harapan tiap
instansi pendidikan terwujud, dengan cara kerjasama yang dilakukan antara dosen
dengan mahasiswa dan guru dengan siswa.
Tanggapan
Tulisan “Pemerataan Label Sekolah”
Sekolah-sekolah favorit dewasa ini
memang menjadi incaran para siswa baru, bahkan para orang tua. Yang mereka
ketahui mengenai sekolah favorit ialah sekolah yang memiliki standar lebih
tinggi dibanding sekolah-sekolah biasa. Dulu sempat ada yang dinamakan sekolah
RSBI. Pada saat itu, orang berfikir, jika salah satu dari mereka bisa masuk
kedalam sekolah berlabel RSBI itu, ia adalah orang yang hebat dan memiliki
kelebihan materi. Faktanya memang begitu, sekolah berlabel RSBI pada saat itu,
dipandang sebagai sebagai sekolah favorit. Tapi RSBI tersebut tidak berlangsung
lama, hingga akhirnya sekitar 3 tahun lalu, sudah tidak ada lagi sekolah
berlabel RSBI.
Di Indonesia seperti ada
penggolongan atau pengelompokkan sekolah-sekolah. Seperti misalnya ada sekolah
yang dipilih karna sekolah tersebut terkenal dengan siswanya yang pandai, atau
sekolah tersebut dipilih karna hanya orang-orang yang berlebihan materi saja
yang bisa masuk sekolah tersebut. Sebetulnya hal semacam ini wajar-wajar saja,
karna memilih itu merupakan hak tiap manusia. Akan tetapi, jika seperti itu
terus, bagaimana sekolah-sekolah pinggiran yang tidak pernah tersorot, seperti
yang disampaikan penulis.
Tanggapan
Tulisan “Puisi-Puisi Setia Naka Andrian”
Puisi-puisi yang ditulis oleh
penulis disini sangat menarik. Saya suka kata demi kata yang akhirnya dirangkai
menjadi kalimat dalam puisi-puisi tersebut. Kata-kata yang digunakan sebenarnya
tidak terlalu berat, tetapi agar kita dapat menagjap atau memahami maksud dari
puisi tersebut, kita memang harus sedikit berpikir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar